BUDAYA KHAS SULAWESI SELATAN
Gandrang Bulo

Tarian ini sering digunakan oleh seniman untuk mengeluarkan berbagai macam uneg-uneg mengenai suatu hal, selain itu juga sering digunakan oleh masyarakat untuk merespon kondisi sosial disekitarnya. Beberapa contoh cerita yang sering dibawakan dalam tarian ini misalnya adalah mengenai kesulitan masyarakat pinggiran dalam menghadapi oknum-oknum tertentu. Setiap penari diharuskan memerankan beberapa karakter lucu, seperti orang idiot atau orang kampung yang lugu, yang berhadapan dengan pemeran pejabat atau orang berkuasa yang angkuh. Kritikan yang dimainkan oleh seniman Gandrang Bulo terkadang begitu keras, tetapi dikemas dalam bentuk banyolan segar yang mengundang tawa. Sampai saat ini Tari Gandrang Bulo masih menjadi salah satu icon kesenian Makassar yang sering dipentaskan di beberapa acara.
Tarian Gandrang Bulo
Pada zaman penjajahan Jepang di Indonesia, rakyat Sulsel dibuat menderita dengan diberlakukannya kerja paksa. Mereka sering mendapat pukulan, tendangan dan cambuk dari tentara Jepang. Pada saat istirahat, tanpa pengawasan tentara Jepang, para pekerja bermain–main menyanyikan lagu–lagu jenaka sambil melakukan sejumlah adegan lucu yang diambil dari gerakan tentara Jepang.
Sebelum tahun 1960-an Tari Gandrang Bulo dimainkan oleh orang dewasa dengan membuat lingkaran. Mereka menyanyikan lagu jenaka dan gerakan–gerakan lucu yang dimainkan secara bergiliran, dengan instrumen bambu yang berfungsi sebagai alat musik dan properti. Selain sebagai hiburan rakyat, tarian gandrang bulo sering dipentaskan untuk menyambut tamu penting negara.
Komentar
Posting Komentar